Kamis, 25 November 2010

laporan praktikum teknologi pengolahan dan penanganan pakan

Laporan praktikum
PTK 354. TEKNOLOGI PENGOLAHAN & PENANGANAN PAKAN



“TEKNIK PEMBUATAN PAKAN MINERAL”





Oleh :
NAMA : AFENDI
BP : 0810611013
PARALEL : 01 ( SATU )






FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
SEMESTER GANJIL 2010/ 2011
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan pakan mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau elemen bebas. Mineral yang terkandung di dalam ransum ternak kadarnya relatif rendah, tetapi keberadaannya sangat penting. Hal ini tampak dari adanya penambahan/suplementasi mineral tertentu ke dalam ransum agar terpenuhi sesuai dengan yang dibutuhkan ternak.
Tercukupinya kadar dan keseimbangan antara masing-masing mineral adalah sangat penting, hal ini dikarenakan adanya interelasi diantara mineral tersebut.Adanya kelebihan salah satu mineral dapat mempengaruhi ketersediaan salah sata atau lebih mineral lain. Sebagai contoh: Kelebihan mineral Ca dapat menyebabkan penurunan ketersediaan mineral P, Mg, dan Zn Begitu juga macam sumber mineral harus dapat larut dan mineralnya dapat diabsorpsi yang selanjutnya dapat digunakan oleh ternak. Feri Oksida (Fe203) adalah hampir tidak larut, oleh karena itu Fe203 jarang digunakan sebagai sumber mineral Fe bagi ternak. Namun bisa terjadi keracunan mineral, bila kadarnya di dalam ransum melebihi batas maksimal
Fungsi pakan mineral :
1) Komponen utama dalam struktur gigi dan tulang.
2) Sebagai struktur dari jaringan.
3) Menjaga keseimbangan asam basa.
4) Berperan dalam fungsi metabolisme.
5) Sebagai komponen utama dari enzim, vitamin, hormon dan figmen.
Sumber pakan mineral.
Sumber bahan pakan mineral antara lain : Tepung tulang, Garam Dapur (NaCI),Tepung Batu Kapur (CaCo3),Kulit Kerang Giling, cangkang siput, kerabang telur dan lain-lain.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum teknik pembuatan pakan mineral ini adalah sebagai berikut:
1) Memahami cara pembuatan pakan mineral yang berbasis bahan lokal.
2) Mengetahui pengaruh perbedaan bahan baku dan proses terhadap :
a. Rendeman
b. Kandungan mineral produk
3) melatih kedisiplinan,kejujuran dan tanggung jawab kepada setiap mahasiswa.


II. BAHAN, ALAT DAN CARA PEMBUATAN

2.1. Bahan Dan Alat
2.1.1. Bahan
1. Tulang sapi
2. Kulit pensi
3. Kulit kerang
4. Cangkang siput
5. Kulit kerang air tawar
2.1.2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: kompor, palu, panci, batu,tempurung kelapa,seng dll

2.2. Proses pembuatan tepung
2.2.1. Tepung tulang
a. tepung tulang dalam bentuk grit
Tepung tulang dalam bentuk grit bentuk tepung yang bisa juga dimamfaatkan oleh ternak unggas untuk membantu proses pencernaannya.proses pembuatan tepung tulang dalam bentuk grit ini pertama sekali potong tulang tersebut menjadi beberapa bagian dan bersihkan tulang dari debu dan kotoran yang menempel pada tulang yang akan di gunakan.rebus tulang tersebut dan Setelah itu keringkan beberapa saat, tujuan dari pengeringan ini adalah untuk menurunkan kadar air yang terdapat dalam tulang dan memudahkan proses penggilingan nantinya, setelah itu sediakan tempat/ wadah untuk melakukan penggilingan,masukkan sedikit demi sedikit tulang yang akan dijadikan grit tepung tulang dan giling sampai teksturnya lebih halus.


Gambar tulang sebelum digiling gambar tulang sesudah digiling
b. Abu tulang
proses pembuatan abu tulang yaitu dengan cara dibakar atau masukkan kedalam oven dengan suhu tertentu sampai menjadi abu dan berwarna seperti perak. Berbeda dengan tepung tulang dalam bentuk grit, tekstur abu tulang lebih halus dibandingkan dengan dalam bentuk grit.

Gambar: proses pembakaran tulang Gambar: hasil akhir abu tulang.
2.2.2. tepung kulit pensi.
a. Grit kulit pensi.
Proses pembuatan grit tepung pensi yaitu:
Bersihkan kulit pensi yang akan gunakan kemudian rebus dan keringkan dibawah sinar matahari beberapa saat sampai tampak kering untuk memudahkan proses penggilingan. Setelah itu siapkan wadah tempat penggilingan, masukkan sedikit demi sedikit kulitt pensi kedalam wadah yang telah disediakan dan giling sampai halus.

Gambar: grit tepung pensi
b. Abu kulit pensi
Siapkan kulit pensi yang akan digunakan dan bakar atau masukkan dalam oven sampai menjadi abu. Dalam pembuatan abu kulit pensi tidak memerlukan penggilingan sama dengan pembuatan tepung tulang dalam bentuk abu lainnya karna akan menjadi tepung dengan sendirinya.

Gambar : abu kulit pensi.
2.2.3. Kulit kerang.
a. Grit kulit kerang
Cara pembuatan grit tepung kerang pertama-tama kerang dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran yang melekat, kemudian kerang dipisahkan antara isi dengan cangkangnya agar memudahkan proses selanjutnya Setelah dipisahkan kerang tersebut dikeringkan, pengeringannya ada dua cara yaitu dikeringkan dengan sinar matahari atau dengan cara dioven. Setelah kering kemudian dihaluskan dengan mengunakan penggiling dengan syarat sebelum digiling kerang minimal harus hancur atau tidak utuh untuk memudahkan proses selanjutnya atau dengan cara lain ditumbuk atau di mortar sampai halus sehingga menjadi tepung kerang yang halus.

b. Abu kulit kerang
Pembuatan abu kulit kerang hampir sama dengan pembuatan grit kulit kerang. Yang membedakannya adalah dalam proses pembuatan abu kulit kerang tidak memerlukan penggilingan seperti pembuatan grit kulit kerang, melainkan setelah dipisah antara cangkah dengan isi dan pembersihan dari kotoran-kotoran yang melekat langsung dibakar sampai menjadi abu atau bisa juga dimasukkan kedalam oven dengan suhu tertentu. Setelah itu dengan sendirinya akan menjadi halus dan langsung bisa digunakan sesuai kebutuhan.

2.2.4. Cangkang siput
Proses pembuatan tepung cangkang siput adalah: siapkan siput yang akan disunakan, setelah itu pisahkan andara daging sipu dengn cangkangnya bersihkan dari kotoran dan Rebus cangkang siput, keringkan beberapa saat untuk memudahkan proses penggilingan, dan setelah itu hancurkan dalam satu wadah serta giling sampai halus. Untuk pembuatan dalam bentuk abu bisa dilakukan langsung setelah dipisahkan antara isi dengan cangkangnya dibakar atau dimasukkan kedalam oven sampai menjadi abu.

Gambar: grit cangkang siput Gambar: abu cangkang siput
2.2.5. Kulit kerang air tawar
Pembuatan tepung mineral dari bahan baku kulit kerang air tawar dapat dilakukan dalam beberapa tahap tergantung bentuk yang akan dibuat. Pembuatan tepung tulang dalam bentuk grit pertama sekali siapkan kerang yang akan digunakan dan pisahkan antara cangkang dan isinya, setelah itu rebus dan keringkan untuk mempermudah proses penggilingan. Setelah itu hancurkan menjadi beberapa bagian dan giling sampai halus. Tepung kulit kerang air tawar dalam bentuk abu dapat langsung dibakar atau dalam oven beberapa saat sampai menjadi abu dan layak untuk dipergunakan.






III. HASIL DAN PENJELASAN
3.1. Rendemen produk
Tabel 1. Rendemen produk dalam bentuk grit dan tepung pakan mineral
NO. BAHAN RENDEMEN ( % )
GRIT TEPUNG/ABU
1. TULANG ( SAPI ) 700 gr – 642 gr (91,71%) 1008 gr – 192 gr (19,05%)
2. KULIT KERANG LAUT 1000 gr – 795 gr (79,5%) 1000 gr – 746 gr (74,6%)
3. KULIT KERANG AIR TAWAR 1500 gr – 1300 gr (86,66%) 2000 gr – 1489 gr (74,45%)
4. KULIT PENSI 2000 gr – 1330 gr (66,5%) 1200 gr – 656 gr (54,66%)
5. CANGKANG SIPUT 1500 gr – 450 gr (30%) 1500 gr – 384 gr (25,60%)

Rendemen dihitung dengan cara mencari persen dari berat produk yang telah diolah per berat produk yang belum diolah bertujuan untuk mengetahui berapa banyak penyusutan suatu produk olahan bakan pakan.
Pada Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa rendemen dari grit yang terbesar adalah grit tepung tulang (91,71%) dan yang paling terkecil adalah cangkang siput (30%). Sedangkan rendemen tepung (abu) yang paling terbesar adalah kulit kerang tawar (74,45%) setelah itu disusul kulit kerang laut (74,6%) dan yang palig terkecil adalah tulang (19%).
Dari semua data dalam table dapat juga dibandingkan bahwa rendemen pada pengolahan tepung dalam bentuk grit lebih tinggi dari pada rendemen dengan pengolahan dalam bentuk abu. Hal ini disebabkan karena proses penggilingan yang dilakukan untuk mendapatkan produk memungkinkan bahan yang digunakan tercecer dalam proses pengolahan.berbeda dengan hasil produk abu yang pengolahannya dengan pembakaran dapat meminimalisir penyusutan bahan baku yang terbuang akibat penggilingan

3.2. Kandungan abu dan Mineral
Tabel 2. Kandungan Abu dan Mineral pakan mineral ( % BK )
No. Bahan produk Kandungan abu dan mineral ( % BK )
Abu Ca P
1 TULANG Grit 58,1 18,95 0,131
Tepung 98,94 32,72 0,067
2 KULIT KERANG LAUT Grit 95,50 27,52 0,132
Tepung 95,61 29,58 0,031
3 KERANG AIR TAWAR Grit 91,1 28,39 0,11
Tepung 97,7 29,39 0,009
4 KULIT PENSI Grit
Tepung
5 CANGKANG SIPUT Grit 94,57 32,28 0,001
Tepung 97,24 34,02 0,001



Penjelasan:

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa kandungan abu tertinggi adalah tulang dalam bentuk tepung (98,94) sedangkan yang terendah adalah tulang dalam bentuk grit (58,71 ) hal ini disebabkan produk grit proses pengolahannya tidak memerlukan pembakaran sehingga pada grit terdapat kandungan air yang banyak.
Kandungan calcium ( Ca) tertinggi yaitu terdapat pada cangkang siput sawah baik produk olahan dalam bentuk tepung ( 34,02 ) maupun dalam bentuk grit ( 32,28) sedangkan yang terendah tepung kulit pensi ( 13,09 ).
Kandungan phosphor (P ) tertinggi yaitu pada produk olahan dalam bentuk grit kulit kerang laut (0,132) sedikit lebih tinggi dari grit tulang ( 0,131 ) dan kandungan phosphor terendah terdapat pada tepung cangkang siput sawah (0,001 ).
Pada cangkang siput sawah tinggi akan kandungan Calcium tapi sangat sedikit kandungan phospornya. Pada kulit kerang laut disamping kandungan calciumnya tinggi phospornya juga lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya, biasanya hasil produk olahan kulit kerang laut ini dimamfaatkan sebagai sumber Ca untuk makanan ayam buras.
Produk olahan dalam bentuk grit lebih tinggi kandungan phospornya dibandingkan dengan produk olahan dalam bentuk tepung tetapi kandungan Calciumnya relatif lebih rendah.


I. KESIMPULAN
Proses pembuatan tepung bahan pakan mineral produk olahan dalam bentuk grit umumnya lebih tinggi rendemennya dibandingkan dengan dalam bentuk abu, hal ini disebabkan oleh proses pembuatannya dengan menggunakan penggilingan yang memungkinkan produk yang akan diolah terbuang atau tercecer. Meskipun rendemennya tinggi tetapi tidak terlalu berpengarung dengan kandungan mineral yang terdapat pada produk olahan ini. Kandungan phospornya lebih tinggi dibandingkan produk olahan dalam bentuk tepung tetapi kadungan Calciumnya relatif lebih tendah dibandingkan dengan produk olahan dalam bentuk tepung.

Sabtu, 26 Juni 2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pembuatan laporan praktikum yang membahas tentang”system pencernaan ternak ruminansia”.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih ke berbagai pihak yang telah membantu penulis demi kelansungan laporan ini.

Namun dalam penulisan ini,penulis menyadari dalam laporan ini masih terdapat banyaknya kekurangan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.Atas perhatian pembaca penulis mengucapkan terima kasih.

Padang,31 mei 2010

Penulis

I. PENDALULUAN

Ternak ruminansia adalah suatu ternak yang mempunyai lambung lebih dari satu (poligastrik) dan proses pencernaannya mengalami ruminasi. Salah satu keunggulan ternak ruminansia adalah mapu memamfaatkan Nitrogen yang bukan berasal dari protein untuk membentuk protein seperti Non Protein Nitrogen (NPN). Saluran pencernaan ternak ruminansia terdiri dari ; mulut, esophagus, lambung, usus halus, usus besar (colon ) dan rectum.

Ruminansia memiliki sistem pencernaan yang unik. Keunikan initerletak pada lambungnya yang teerrdiri dari empat bagian yaitu reticulum, rumen, omasum, dan abomasum. Dengan kondisi lambungnya tersebut ruminansia mempunyai kapasitas daya tamping sebesar 150-200 liter( pada sapu) dan volume lambung ini sudah meliputi 70% dari total volume seluruh sluran pencernaan, sedangkan jika dibandingkan dengan hewan berlambung tunggal (monogastrik) lambungnya hanya meliputi 20% dari Total saluran pencernaan.

Pada ternak ruminansia, makanan yang masuk kemulut akan secepatnya didorong kedalam lambung untuk selama 30-70 menit kemudian akan didorong kembali ke mulut untuk dikunyah dan ditelan kembali (ruminasi). Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7-8'/o.Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan ruminansi

1.1. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahmi alat-alat pencernaan dan apa saja yang terjadi didalam alat pencernaan ternak ruminansia

2. Agar mahasiswa mengetahui fungsi-fungsi dari alat pencernaan ruminansia

1.2. Mamfaat

1 .Mahasiswa mengetahui apa saja alat pencernaan ruminansia

2. Mahasiswa memahami apa saja yang terjadi pada proses pencernaan ternak ruminansia

3. Mahasiswa mengetahui jalur ingesta pada alat pencernaan ruminansia.

II. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah :

Ø Alat-alat operasi.

Ø Organ dalam pencernaan ternak sapid an kambing

Ø Gambar anatomi pencernaan sapi

3.2. prosedur kerja

1. Sediakan saluran pencernaan sapi mulai dari esopgalus sampai rectum pada meja praktikum.

2. Perhatikan dan lihat alat-alat pencernaan tersebut hingga kita bisa mengetahui alat-alat pencernaan pada sapi satu per satu.

3. Perhatikan bagian-bagian dan isi saluran pencernaan tersebut secara krolologis mulai dari esopgalus sampai rectum yang merupakan proses fisiologik terjadi.

4. Perhatikan satu persatu jalur ingesta yang telah ditandai nomor dan penjelasan.

5. Pelajarilah fungsi dari tiap alat pencernaan sapi, jika tidak ada yang mengerti praktikan bisa menanyakan pada dosen atau asisten.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hewan berperut ganda (kompleks) seperti ruminansia sejati (hewan yang mempunyai rumen) yaitu sapi kerbau, kambing, domba, rusa, anoa, antelope dan pseudo-ruminant (onta, llama). Sistem pencernaannya disebut pollygastric system. Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut (oral), kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum; ventrikulus (pars muscularis) yakni abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum (coecum), kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi pembusukan dan peragian.

3.1. Sistem Pencernaan


Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi. Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.

Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.

Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).

LAMBUNG

Lambung pada ternak ruminansia dapat dibagi menjadi empat yaitu:

  1. Retikulum

Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur.retikulum mempunyai bentuk seperti sarang tawon/ lebah dan mendorong pakan padat dan ingesta kedalam rumen dan mengalirkan ingesta ke abomasums. Reticulum membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan kedalam mulut. Reticulum berfungsi sebagai tempat fermentasi , membantu proses ruminasi, mengatur arus ingesta ke omasum, Absorpsi hasil fermentasi, dan tempat berkumpulnya benda-benda asing . Pola fermentasi didalam didalam organ ini serupa dengan yang terjadi didalam rumen.

  1. Rumen

Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba kerja ekstansif bakteri dan mikroba terhadap zat-zat makanan menghasilkan pelepasan produk akhir yang dapat diasimilasi. Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga dengan perut beludru. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat papilla dan papillae. Sedangkan substrat pakan yang dimakan akan mengendap dibagian ventral. Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat bermilyaran mikroba. Rumen pada sapi dewasa merupakan bagian yang mempunyai proporsi yang tinggi dibandingkan dengan proporsi bagian lainnya. Rumen berfungsi sebagai Tempat fermentasi oleh mikroba rumen , Absorbsi VFA, dan ammonia, dan Lokasi mixing

  1. Omasum

Omasum merupakan lambung ketiga yang ditaburi lamina pada permukaannya sehingga menambah luas permukaannya tersebut. Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasums terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice.

  1. Abomasum

Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.

USUS HALUS

Usus halus terdiri dari : duodenum,jejunum, dan ileum. Pada duodenum kaya akan vili dan plika sirkularis, bagian yang mencolok adalah kripte lieberkuhn. Kelenjar brunner terdapat pada tunika submukosa. Nodulus limfatikus jarang , vili teratur, tumpul, lebar.

Pada jejunum kelenjar brunner terletak pada bagian depan jejunum, vili lebih lurus, kecil, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan duodenum. Bagaian yang mencolok adalah plika sirkularis.

Bagian yang mencolok pada ileum adalah lemepeng peyer, lempeng peyer terletak pada mukosa dan submukosa. Di memebrana mukosa diselipi kawah limfe (Anonim, 2008).

USUS BESAR

Masuknya sisa- sisa makanan kedalam usus besar ternyata dibarengi oleh peluang bagi mereka untuk sekali lagi mengalami fermentasi. Disini sisa-sisa adalah berupa bahan – bahan yang lolos dari sekresi dan penyerapan yang dibantu oleh enzim- enzim dalam saluran sebelumnya.

Fermentasi yang terjadi didalam lingkungan ini adalah lebih konstan dan tak banyak dipengatuhi oleh kondisi rumen. Dalam usus besar dan caecum pada dasarnya berada dalam kondisi yang netral. Sebagaimana didalam rumen, asam-asam lemak diserap dalam bentuk asam bebas, demikian juga di usus besar terjadi penyerapan asam lemak bebas sekalipun dalam suatu porsi yang sangat kecil.







2.BENTUK PAKAN

a. Rumen : Berbentuk serat-serat kasar, disini juga terjadi proses fermentasi untuk

mencernakan selulosa dengan bantuan bakteri selulotik

b. Retikulum : Bentuk pakan sudah mulai lembek, karena sebelumnya sudah terjadi

pencernaan kimiawi dan fermentasi di rumen

c. Omasum : Pakan sudah lembut seperti bubur dan terbentuk gelembung-gelembung

gas pada pakan

d. Abomasum : Berbentuk bubur karena disini makanan dicerna secara

mekanik dan kimiawi

b. Usus Halus : Bentuk pakan sudah lembut, dan nutrisi siap diserap oleh pemb. darah

c. Usus Besar : Bentuk pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi air.

Mengapa warna usus pada ruminant berbeda-beda warnanya?

Warna usus halus berbeda dengan usus besar pada ruminant karena usus halus merupakan tempat penyerapan zat-zat makanan yang berasal dari mulut kemudian masuk ke usus halus melalui oesofagus, sedangkan usus besar berfungsi sebagai tempat pembuangan zat-zat makanan yang tidak dapat dicerna, maka dari itu usus besar berwarna lebih gelap (hitam kemerahan) dibanding dengan usus halus.

IV. KESIMPULAN

Pencernaan adalah proses lanjutan dari pengambilan pakan oleh hewan dan merupakan salah satu parameter untuk mengevaluasi mutu pakan secara biologis. Pencernaan juga dimaksudkan sebagai persiapan untuk proses penyerapan zat makanan yang akan dimanfaatkan lebih lanjut oleh sel tubuh.

Pada dasarnya alat pencernaan hewan hampir sama yaitu terdiri dari mulut, lambung (perut), usus halus dan usus besar. Namun pada perkembangan selanjutnya terjadi modifikasi alat pencernaan yang disesuaikan dengan jenis makanan yang mengakibatkan tipe, fungsi dan sistem pencernaannya menjadi berbeda. Hubungan antara jenis makanan dengan alat pencernaan demikian eratnya sehingga hewan dapat digolongkan menurut jenis makanannya atau tipe alat pencernaannya serta proses pencernaannya.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pembuatan laporan praktikum yang membahas tentang”system pencernaan ternak ruminansia”.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih ke berbagai pihak yang telah membantu penulis demi kelansungan laporan ini.

Namun dalam penulisan ini,penulis menyadari dalam laporan ini masih terdapat banyaknya kekurangan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.Atas perhatian pembaca penulis mengucapkan terima kasih.

Padang,31 mei 2010

Penulis

I. PENDALULUAN

Ternak ruminansia adalah suatu ternak yang mempunyai lambung lebih dari satu (poligastrik) dan proses pencernaannya mengalami ruminasi. Salah satu keunggulan ternak ruminansia adalah mapu memamfaatkan Nitrogen yang bukan berasal dari protein untuk membentuk protein seperti Non Protein Nitrogen (NPN). Saluran pencernaan ternak ruminansia terdiri dari ; mulut, esophagus, lambung, usus halus, usus besar (colon ) dan rectum.

Ruminansia memiliki sistem pencernaan yang unik. Keunikan initerletak pada lambungnya yang teerrdiri dari empat bagian yaitu reticulum, rumen, omasum, dan abomasum. Dengan kondisi lambungnya tersebut ruminansia mempunyai kapasitas daya tamping sebesar 150-200 liter( pada sapu) dan volume lambung ini sudah meliputi 70% dari total volume seluruh sluran pencernaan, sedangkan jika dibandingkan dengan hewan berlambung tunggal (monogastrik) lambungnya hanya meliputi 20% dari Total saluran pencernaan.

Pada ternak ruminansia, makanan yang masuk kemulut akan secepatnya didorong kedalam lambung untuk selama 30-70 menit kemudian akan didorong kembali ke mulut untuk dikunyah dan ditelan kembali (ruminasi). Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7-8'/o.Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan ruminansi

1.1. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahmi alat-alat pencernaan dan apa saja yang terjadi didalam alat pencernaan ternak ruminansia

2. Agar mahasiswa mengetahui fungsi-fungsi dari alat pencernaan ruminansia

1.2. Mamfaat

1 .Mahasiswa mengetahui apa saja alat pencernaan ruminansia

2. Mahasiswa memahami apa saja yang terjadi pada proses pencernaan ternak ruminansia

3. Mahasiswa mengetahui jalur ingesta pada alat pencernaan ruminansia.

II. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah :

Ø Alat-alat operasi.

Ø Organ dalam pencernaan ternak sapid an kambing

Ø Gambar anatomi pencernaan sapi

3.2. prosedur kerja

1. Sediakan saluran pencernaan sapi mulai dari esopgalus sampai rectum pada meja praktikum.

2. Perhatikan dan lihat alat-alat pencernaan tersebut hingga kita bisa mengetahui alat-alat pencernaan pada sapi satu per satu.

3. Perhatikan bagian-bagian dan isi saluran pencernaan tersebut secara krolologis mulai dari esopgalus sampai rectum yang merupakan proses fisiologik terjadi.

4. Perhatikan satu persatu jalur ingesta yang telah ditandai nomor dan penjelasan.

5. Pelajarilah fungsi dari tiap alat pencernaan sapi, jika tidak ada yang mengerti praktikan bisa menanyakan pada dosen atau asisten.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hewan berperut ganda (kompleks) seperti ruminansia sejati (hewan yang mempunyai rumen) yaitu sapi kerbau, kambing, domba, rusa, anoa, antelope dan pseudo-ruminant (onta, llama). Sistem pencernaannya disebut pollygastric system. Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut (oral), kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum; ventrikulus (pars muscularis) yakni abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum (coecum), kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi pembusukan dan peragian.

3.1. Sistem Pencernaan


Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi. Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.

Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.

Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).

LAMBUNG

Lambung pada ternak ruminansia dapat dibagi menjadi empat yaitu:

  1. Retikulum

Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur.retikulum mempunyai bentuk seperti sarang tawon/ lebah dan mendorong pakan padat dan ingesta kedalam rumen dan mengalirkan ingesta ke abomasums. Reticulum membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan kedalam mulut. Reticulum berfungsi sebagai tempat fermentasi , membantu proses ruminasi, mengatur arus ingesta ke omasum, Absorpsi hasil fermentasi, dan tempat berkumpulnya benda-benda asing . Pola fermentasi didalam didalam organ ini serupa dengan yang terjadi didalam rumen.

  1. Rumen

Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba kerja ekstansif bakteri dan mikroba terhadap zat-zat makanan menghasilkan pelepasan produk akhir yang dapat diasimilasi. Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga dengan perut beludru. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat papilla dan papillae. Sedangkan substrat pakan yang dimakan akan mengendap dibagian ventral. Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat bermilyaran mikroba. Rumen pada sapi dewasa merupakan bagian yang mempunyai proporsi yang tinggi dibandingkan dengan proporsi bagian lainnya. Rumen berfungsi sebagai Tempat fermentasi oleh mikroba rumen , Absorbsi VFA, dan ammonia, dan Lokasi mixing

  1. Omasum

Omasum merupakan lambung ketiga yang ditaburi lamina pada permukaannya sehingga menambah luas permukaannya tersebut. Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasums terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice.

  1. Abomasum

Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.

USUS HALUS

Usus halus terdiri dari : duodenum,jejunum, dan ileum. Pada duodenum kaya akan vili dan plika sirkularis, bagian yang mencolok adalah kripte lieberkuhn. Kelenjar brunner terdapat pada tunika submukosa. Nodulus limfatikus jarang , vili teratur, tumpul, lebar.

Pada jejunum kelenjar brunner terletak pada bagian depan jejunum, vili lebih lurus, kecil, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan duodenum. Bagaian yang mencolok adalah plika sirkularis.

Bagian yang mencolok pada ileum adalah lemepeng peyer, lempeng peyer terletak pada mukosa dan submukosa. Di memebrana mukosa diselipi kawah limfe (Anonim, 2008).

USUS BESAR

Masuknya sisa- sisa makanan kedalam usus besar ternyata dibarengi oleh peluang bagi mereka untuk sekali lagi mengalami fermentasi. Disini sisa-sisa adalah berupa bahan – bahan yang lolos dari sekresi dan penyerapan yang dibantu oleh enzim- enzim dalam saluran sebelumnya.

Fermentasi yang terjadi didalam lingkungan ini adalah lebih konstan dan tak banyak dipengatuhi oleh kondisi rumen. Dalam usus besar dan caecum pada dasarnya berada dalam kondisi yang netral. Sebagaimana didalam rumen, asam-asam lemak diserap dalam bentuk asam bebas, demikian juga di usus besar terjadi penyerapan asam lemak bebas sekalipun dalam suatu porsi yang sangat kecil.







2.BENTUK PAKAN

a. Rumen : Berbentuk serat-serat kasar, disini juga terjadi proses fermentasi untuk

mencernakan selulosa dengan bantuan bakteri selulotik

b. Retikulum : Bentuk pakan sudah mulai lembek, karena sebelumnya sudah terjadi

pencernaan kimiawi dan fermentasi di rumen

c. Omasum : Pakan sudah lembut seperti bubur dan terbentuk gelembung-gelembung

gas pada pakan

d. Abomasum : Berbentuk bubur karena disini makanan dicerna secara

mekanik dan kimiawi

b. Usus Halus : Bentuk pakan sudah lembut, dan nutrisi siap diserap oleh pemb. darah

c. Usus Besar : Bentuk pakan agak padat karena disini mengalami absorpsi air.

Mengapa warna usus pada ruminant berbeda-beda warnanya?

Warna usus halus berbeda dengan usus besar pada ruminant karena usus halus merupakan tempat penyerapan zat-zat makanan yang berasal dari mulut kemudian masuk ke usus halus melalui oesofagus, sedangkan usus besar berfungsi sebagai tempat pembuangan zat-zat makanan yang tidak dapat dicerna, maka dari itu usus besar berwarna lebih gelap (hitam kemerahan) dibanding dengan usus halus.

IV. KESIMPULAN

Pencernaan adalah proses lanjutan dari pengambilan pakan oleh hewan dan merupakan salah satu parameter untuk mengevaluasi mutu pakan secara biologis. Pencernaan juga dimaksudkan sebagai persiapan untuk proses penyerapan zat makanan yang akan dimanfaatkan lebih lanjut oleh sel tubuh.

Pada dasarnya alat pencernaan hewan hampir sama yaitu terdiri dari mulut, lambung (perut), usus halus dan usus besar. Namun pada perkembangan selanjutnya terjadi modifikasi alat pencernaan yang disesuaikan dengan jenis makanan yang mengakibatkan tipe, fungsi dan sistem pencernaannya menjadi berbeda. Hubungan antara jenis makanan dengan alat pencernaan demikian eratnya sehingga hewan dapat digolongkan menurut jenis makanannya atau tipe alat pencernaannya serta proses pencernaannya.