Laporan praktikum
PTK 354. TEKNOLOGI PENGOLAHAN & PENANGANAN PAKAN
“TEKNIK PEMBUATAN PAKAN MINERAL”
Oleh :
NAMA : AFENDI
BP : 0810611013
PARALEL : 01 ( SATU )
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
SEMESTER GANJIL 2010/ 2011
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan pakan mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau elemen bebas. Mineral yang terkandung di dalam ransum ternak kadarnya relatif rendah, tetapi keberadaannya sangat penting. Hal ini tampak dari adanya penambahan/suplementasi mineral tertentu ke dalam ransum agar terpenuhi sesuai dengan yang dibutuhkan ternak.
Tercukupinya kadar dan keseimbangan antara masing-masing mineral adalah sangat penting, hal ini dikarenakan adanya interelasi diantara mineral tersebut.Adanya kelebihan salah satu mineral dapat mempengaruhi ketersediaan salah sata atau lebih mineral lain. Sebagai contoh: Kelebihan mineral Ca dapat menyebabkan penurunan ketersediaan mineral P, Mg, dan Zn Begitu juga macam sumber mineral harus dapat larut dan mineralnya dapat diabsorpsi yang selanjutnya dapat digunakan oleh ternak. Feri Oksida (Fe203) adalah hampir tidak larut, oleh karena itu Fe203 jarang digunakan sebagai sumber mineral Fe bagi ternak. Namun bisa terjadi keracunan mineral, bila kadarnya di dalam ransum melebihi batas maksimal
Fungsi pakan mineral :
1) Komponen utama dalam struktur gigi dan tulang.
2) Sebagai struktur dari jaringan.
3) Menjaga keseimbangan asam basa.
4) Berperan dalam fungsi metabolisme.
5) Sebagai komponen utama dari enzim, vitamin, hormon dan figmen.
Sumber pakan mineral.
Sumber bahan pakan mineral antara lain : Tepung tulang, Garam Dapur (NaCI),Tepung Batu Kapur (CaCo3),Kulit Kerang Giling, cangkang siput, kerabang telur dan lain-lain.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum teknik pembuatan pakan mineral ini adalah sebagai berikut:
1) Memahami cara pembuatan pakan mineral yang berbasis bahan lokal.
2) Mengetahui pengaruh perbedaan bahan baku dan proses terhadap :
a. Rendeman
b. Kandungan mineral produk
3) melatih kedisiplinan,kejujuran dan tanggung jawab kepada setiap mahasiswa.
II. BAHAN, ALAT DAN CARA PEMBUATAN
2.1. Bahan Dan Alat
2.1.1. Bahan
1. Tulang sapi
2. Kulit pensi
3. Kulit kerang
4. Cangkang siput
5. Kulit kerang air tawar
2.1.2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: kompor, palu, panci, batu,tempurung kelapa,seng dll
2.2. Proses pembuatan tepung
2.2.1. Tepung tulang
a. tepung tulang dalam bentuk grit
Tepung tulang dalam bentuk grit bentuk tepung yang bisa juga dimamfaatkan oleh ternak unggas untuk membantu proses pencernaannya.proses pembuatan tepung tulang dalam bentuk grit ini pertama sekali potong tulang tersebut menjadi beberapa bagian dan bersihkan tulang dari debu dan kotoran yang menempel pada tulang yang akan di gunakan.rebus tulang tersebut dan Setelah itu keringkan beberapa saat, tujuan dari pengeringan ini adalah untuk menurunkan kadar air yang terdapat dalam tulang dan memudahkan proses penggilingan nantinya, setelah itu sediakan tempat/ wadah untuk melakukan penggilingan,masukkan sedikit demi sedikit tulang yang akan dijadikan grit tepung tulang dan giling sampai teksturnya lebih halus.
Gambar tulang sebelum digiling gambar tulang sesudah digiling
b. Abu tulang
proses pembuatan abu tulang yaitu dengan cara dibakar atau masukkan kedalam oven dengan suhu tertentu sampai menjadi abu dan berwarna seperti perak. Berbeda dengan tepung tulang dalam bentuk grit, tekstur abu tulang lebih halus dibandingkan dengan dalam bentuk grit.
Gambar: proses pembakaran tulang Gambar: hasil akhir abu tulang.
2.2.2. tepung kulit pensi.
a. Grit kulit pensi.
Proses pembuatan grit tepung pensi yaitu:
Bersihkan kulit pensi yang akan gunakan kemudian rebus dan keringkan dibawah sinar matahari beberapa saat sampai tampak kering untuk memudahkan proses penggilingan. Setelah itu siapkan wadah tempat penggilingan, masukkan sedikit demi sedikit kulitt pensi kedalam wadah yang telah disediakan dan giling sampai halus.
Gambar: grit tepung pensi
b. Abu kulit pensi
Siapkan kulit pensi yang akan digunakan dan bakar atau masukkan dalam oven sampai menjadi abu. Dalam pembuatan abu kulit pensi tidak memerlukan penggilingan sama dengan pembuatan tepung tulang dalam bentuk abu lainnya karna akan menjadi tepung dengan sendirinya.
Gambar : abu kulit pensi.
2.2.3. Kulit kerang.
a. Grit kulit kerang
Cara pembuatan grit tepung kerang pertama-tama kerang dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran yang melekat, kemudian kerang dipisahkan antara isi dengan cangkangnya agar memudahkan proses selanjutnya Setelah dipisahkan kerang tersebut dikeringkan, pengeringannya ada dua cara yaitu dikeringkan dengan sinar matahari atau dengan cara dioven. Setelah kering kemudian dihaluskan dengan mengunakan penggiling dengan syarat sebelum digiling kerang minimal harus hancur atau tidak utuh untuk memudahkan proses selanjutnya atau dengan cara lain ditumbuk atau di mortar sampai halus sehingga menjadi tepung kerang yang halus.
b. Abu kulit kerang
Pembuatan abu kulit kerang hampir sama dengan pembuatan grit kulit kerang. Yang membedakannya adalah dalam proses pembuatan abu kulit kerang tidak memerlukan penggilingan seperti pembuatan grit kulit kerang, melainkan setelah dipisah antara cangkah dengan isi dan pembersihan dari kotoran-kotoran yang melekat langsung dibakar sampai menjadi abu atau bisa juga dimasukkan kedalam oven dengan suhu tertentu. Setelah itu dengan sendirinya akan menjadi halus dan langsung bisa digunakan sesuai kebutuhan.
2.2.4. Cangkang siput
Proses pembuatan tepung cangkang siput adalah: siapkan siput yang akan disunakan, setelah itu pisahkan andara daging sipu dengn cangkangnya bersihkan dari kotoran dan Rebus cangkang siput, keringkan beberapa saat untuk memudahkan proses penggilingan, dan setelah itu hancurkan dalam satu wadah serta giling sampai halus. Untuk pembuatan dalam bentuk abu bisa dilakukan langsung setelah dipisahkan antara isi dengan cangkangnya dibakar atau dimasukkan kedalam oven sampai menjadi abu.
Gambar: grit cangkang siput Gambar: abu cangkang siput
2.2.5. Kulit kerang air tawar
Pembuatan tepung mineral dari bahan baku kulit kerang air tawar dapat dilakukan dalam beberapa tahap tergantung bentuk yang akan dibuat. Pembuatan tepung tulang dalam bentuk grit pertama sekali siapkan kerang yang akan digunakan dan pisahkan antara cangkang dan isinya, setelah itu rebus dan keringkan untuk mempermudah proses penggilingan. Setelah itu hancurkan menjadi beberapa bagian dan giling sampai halus. Tepung kulit kerang air tawar dalam bentuk abu dapat langsung dibakar atau dalam oven beberapa saat sampai menjadi abu dan layak untuk dipergunakan.
III. HASIL DAN PENJELASAN
3.1. Rendemen produk
Tabel 1. Rendemen produk dalam bentuk grit dan tepung pakan mineral
NO. BAHAN RENDEMEN ( % )
GRIT TEPUNG/ABU
1. TULANG ( SAPI ) 700 gr – 642 gr (91,71%) 1008 gr – 192 gr (19,05%)
2. KULIT KERANG LAUT 1000 gr – 795 gr (79,5%) 1000 gr – 746 gr (74,6%)
3. KULIT KERANG AIR TAWAR 1500 gr – 1300 gr (86,66%) 2000 gr – 1489 gr (74,45%)
4. KULIT PENSI 2000 gr – 1330 gr (66,5%) 1200 gr – 656 gr (54,66%)
5. CANGKANG SIPUT 1500 gr – 450 gr (30%) 1500 gr – 384 gr (25,60%)
Rendemen dihitung dengan cara mencari persen dari berat produk yang telah diolah per berat produk yang belum diolah bertujuan untuk mengetahui berapa banyak penyusutan suatu produk olahan bakan pakan.
Pada Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa rendemen dari grit yang terbesar adalah grit tepung tulang (91,71%) dan yang paling terkecil adalah cangkang siput (30%). Sedangkan rendemen tepung (abu) yang paling terbesar adalah kulit kerang tawar (74,45%) setelah itu disusul kulit kerang laut (74,6%) dan yang palig terkecil adalah tulang (19%).
Dari semua data dalam table dapat juga dibandingkan bahwa rendemen pada pengolahan tepung dalam bentuk grit lebih tinggi dari pada rendemen dengan pengolahan dalam bentuk abu. Hal ini disebabkan karena proses penggilingan yang dilakukan untuk mendapatkan produk memungkinkan bahan yang digunakan tercecer dalam proses pengolahan.berbeda dengan hasil produk abu yang pengolahannya dengan pembakaran dapat meminimalisir penyusutan bahan baku yang terbuang akibat penggilingan
3.2. Kandungan abu dan Mineral
Tabel 2. Kandungan Abu dan Mineral pakan mineral ( % BK )
No. Bahan produk Kandungan abu dan mineral ( % BK )
Abu Ca P
1 TULANG Grit 58,1 18,95 0,131
Tepung 98,94 32,72 0,067
2 KULIT KERANG LAUT Grit 95,50 27,52 0,132
Tepung 95,61 29,58 0,031
3 KERANG AIR TAWAR Grit 91,1 28,39 0,11
Tepung 97,7 29,39 0,009
4 KULIT PENSI Grit
Tepung
5 CANGKANG SIPUT Grit 94,57 32,28 0,001
Tepung 97,24 34,02 0,001
Penjelasan:
Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa kandungan abu tertinggi adalah tulang dalam bentuk tepung (98,94) sedangkan yang terendah adalah tulang dalam bentuk grit (58,71 ) hal ini disebabkan produk grit proses pengolahannya tidak memerlukan pembakaran sehingga pada grit terdapat kandungan air yang banyak.
Kandungan calcium ( Ca) tertinggi yaitu terdapat pada cangkang siput sawah baik produk olahan dalam bentuk tepung ( 34,02 ) maupun dalam bentuk grit ( 32,28) sedangkan yang terendah tepung kulit pensi ( 13,09 ).
Kandungan phosphor (P ) tertinggi yaitu pada produk olahan dalam bentuk grit kulit kerang laut (0,132) sedikit lebih tinggi dari grit tulang ( 0,131 ) dan kandungan phosphor terendah terdapat pada tepung cangkang siput sawah (0,001 ).
Pada cangkang siput sawah tinggi akan kandungan Calcium tapi sangat sedikit kandungan phospornya. Pada kulit kerang laut disamping kandungan calciumnya tinggi phospornya juga lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya, biasanya hasil produk olahan kulit kerang laut ini dimamfaatkan sebagai sumber Ca untuk makanan ayam buras.
Produk olahan dalam bentuk grit lebih tinggi kandungan phospornya dibandingkan dengan produk olahan dalam bentuk tepung tetapi kandungan Calciumnya relatif lebih rendah.
I. KESIMPULAN
Proses pembuatan tepung bahan pakan mineral produk olahan dalam bentuk grit umumnya lebih tinggi rendemennya dibandingkan dengan dalam bentuk abu, hal ini disebabkan oleh proses pembuatannya dengan menggunakan penggilingan yang memungkinkan produk yang akan diolah terbuang atau tercecer. Meskipun rendemennya tinggi tetapi tidak terlalu berpengarung dengan kandungan mineral yang terdapat pada produk olahan ini. Kandungan phospornya lebih tinggi dibandingkan produk olahan dalam bentuk tepung tetapi kadungan Calciumnya relatif lebih tendah dibandingkan dengan produk olahan dalam bentuk tepung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar